Senin, 27 April 2009

bab III

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian pengembangan alat bantu belajar. Alat bantu belajar yang dikembangkan pada penelitian ini adalah perangkat laboratorium fisika SMA pada pokok bahasan gerak melingkar khususya gerak melingkar beraturan.
Penelitian pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk.(Conny R Semiawan, 2007: 183). Hal yang sama juga diungkapkan oleh Sunarto bahwa Penelitian pengembangan adalah upaya untuk mengembangkan dan menghasilkan suatu produk materi, media, alat dan/ atau strategi pembelajaran, digunakan mengatasi masalah pembelajaran dikelas/ laboratorium dan bukan untuk menguji teori. Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah menguji keefektifan produk yang telah dibuat. (Soenarto, 2005: 1)
Produk yang dihasilkan dari penelitian pengembangan bermacam-macam. Dalam bidang pendidikan produk yang dihaslkan misalnya kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga pendidikan, sistem evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajar tertentu, model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, sistem penggajian dan lain-lain (Sugiyono, 2008: 412).
Secara umum, langkah-langkah penelitian pengembangan adalah menemukan potensi masalah, Pengumpulan data, disain produk, validasi disain, revisi disain, uji coba produk, revisi produk, ujicoba pemakaian, revisi produk, produksi masal (Sugiyono, 2008: 408)
Untuk menguji keefektifan produk yang dibuat akan dilakukan beberapa pengujian yang berupa validitas dari alat yang dibuat. Validitas alat gerak melingkar akan diuji Presisi dan akurasi nya saja melalui penggunaan alat–alat praktikum yang dilakukan siswa yang dikembangkan untuk beberapa percobaan sesuai dengan materi pokok alat-alat yang dikembangkan. Untuk melihat daya guna alat terhadap pemahaman konsep siswa, maka terlebih dahulu soal tes yang akan digunakan untuk mengukur diujikan kevalidtan, sehingga hasil tes yang dilaksanakan dapat menjadi tolak ukur keberhasilan alat gerak melingkar tersebut dalam membantu memberikan pemahaman konsep kepada siswa.

B. Uji coba penelitian
Uji coba keefektifan alat pembelajaran gerak melingkar dilakukan terhadap siswa-siswi kelas X SMAN Plus Propinsi Riau. Dijadikannya SMAN Plus Propinsi Riau sebagai tempat uji coba penelitian adalah karena SMAN Plus Propinsi Riau merupakan tempat dimana peneliti mengajar, yang problem pembelajarannya menjadi salah satu acuan bagi peneliti untuk di pecahkan.

C. Defenisi Operasional
1. Validitas dan praktikalitas alat gerak melingkar.
Validitas alat gerak melingkar ini ditinjau secara empiris Validitas empiris yang dilalukan pada penelitian ini mencakup pada ketelitian (presisi), Ketepatan (akurasi), keberulangan data, dan keakuratan data hasil penelitian terhadap teori yang ada.. Dimana, ketelitian (presisi) adalah suatu ukuran yang menytakan tingkat pendekatan dari nilai yang diukur terhadap nilai benar X0. Ketepatan (Akurasi) adalah suatu ukuran kemampuan untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sama. Dengan memberikan suatu ukuran yang menunjukkan perbedaan hasil-hasil pengukuran pada pengukuran berulang. (Marten, 2004. 32). Keberulangan adalah ukuran keragaman data hasil percobaan. Keberulangan data dilihat dari uji variansi data. Praktikalitass oleh validator mencakup pada hal keberfungsian, ukuran, kesederhanaan, kemudahan, keamanan, ketepatan, visibilitas internal, nilai ekonomis, edukatif, sosiologis dan waktu.

2. Hasil Penguasaan konsep peserta didik.
Penguasaan konsep merupakan kemampuan sisiwa memahami konsep-konsep yang ada dalam materi pembelajaran. Penguasaan konsep peserta didik dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh setelah pembelajaran selesai yang meliputi hasil belajar kognitif siswa, kemampuan unjuk kerja dan sikap
Unjuk kerja siswa merupakan gambaran yang menjelaskan tentang kemampuan siswa mengolah data hasil praktikum. Karena alat yang disediakan hanya satu buah maka pengamatan unjuk kerja siswa hanya dilakukan terhadap 1 kelompok yang beranggotakan perwakilan dari masing-masing kelompok siswa.
Sikap yang dilihat pada penelitian ini merupakan tanggapan terhadap proses pembelajaran menggunakan alat gerak melingkar baik terhadap alat, buku siswa, lks, cara mengajar guru, minat siswa.
Untuk menguji penguasaan konsep siswa dilakukan uji pretes dan postes sehingga diketahui seberapa besar perkembangan pemahaman siswa setelah diadakannya proses pembelajaran menggunakan alat gerak melingkar ini.

D. Rancangan prangkat pembelajaran
1. Rancangan pengembangan alat gerak melingkar
Dalam mengembangkan alat pembelajaran gerak melingkar terlebih dalulu di analisis standar kompetensi yang mesti dikuasai siswa dalam menguasai meteri pembelajaran gerak melingkar beraturan. Dengan melihat cakupan materi yang ada pada gerak melingkar beraturan dikembangkan lembar kegiatan siswa. Berdasarkan variabel-variabel yang di pergunakan dalam peraktikum maka dikembangkanlah alat belajar gerak melingkar ini yang hanya terbatas pada gerak melingkar beraturan.

2. Rancangan RPP,buku siswa, LKS dan evaluasi
Buku siswa dirancang setelah diadakannya penelaahan terhadap kurikulum yang berlaku. Dengan melihat cakupan standar kompetensi yang disyaratkan bagi siswa, merumuskan dan merencanakan RPP serta menelaah sumber-sumber buku lainnya yang relevan maka akhirnya dapat dirancang sebuah buku siwa.
Berpedoman pada kurikulum yang berlaku, standar kompetensi yang harus dikuasai siswa, materi pokok dan pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa, maka dibentuklah sebuah LKS, dan perangkat valuasi bagi siswa.

E. Pengujian alat gerak melingkar
Alat yang dikembangkan pada penelitian ini terlebih dahulu mengikuti uji validitas. Untuk menguji validitas alat dilakukan secara empiris dan praktikalitas oleh validator.
1. Pengujian validitas alat gerak melingkar secara empiris.
Pengujian validitas secara empiris dilihat dari tingkat ketelitian, ketepatan, keberulangan data, dan akurasi terhadap teori.
a. Ketepatan pengukuran (akurasi)
Ketepatan didefenisikan sebagai tingkat perbedaan yang sekecil-kecilnya antara nilai pengamatan dengan nilai yang sebenarnya.(A.C. Sriwasta, 1987:16)
Ketepatan (A) = dimana (Marten, 2004: 33)
= Ketidakpastian mutlak
= Nilai rata-rata data hasil percobaan
= Data percobaan ke –i
Asumsi: alat dikatakan memiliki akurasi tinggi bila tiap data hasil percobaan memiliki nilai

b. Ketelitian pengukuran (presisi)
Ketelitian dikenal juga sebagai repreduksibilitas. Ketelitian pembacaan merupakan kecocokan antara pembacaan-pembacaan itu sendiri. Jika nilai yang sama dari peubah yang terukur, diukur beberapa kali dan memberikan hasil yang kurang lebih sama, maka alat ukur tersebut dikatakan mampu mempunyai ketelitian tinggi dan juga berarti alat ukur tidak mempunyai penyipangan. (A.C. Srivasta.1987:16)
ketelitian (P) (%) =100%-ketidakpastian relatif (%) (Marten, 2004:34)
ketidakpastian relatif =
dimana
Asumsi: alat dikatakan memiliki presisi tinggi bila data hasil percobaan memiliki nilai : 90 %

<100%



c. Keberulangan
Keberulangan data penelitian diuji dari keberagaman data yang dihasilkan. Dari data data yang ada akan dicari variansi atau keberagaman datanya. Jika variansi yang didapatkan nilainya kecil maka data yang dihasilkan memiliki tingkat keberulangan yang tinggi. Untuk mencari variansi dapat digunakan rumusan berikut.


d. Keakuratan terhadap teori.
Dilakukan dengan menganalisis data hasil percobaan dan membandingkannya dengan teori yang ada. Jika hasil yang didapat relatif sama maka dikatakan bahwa alat gerak melingkar yang dihasilkan memiliki kesesuaian pengukuran dengan teori yang ada.

2. Pengujian praktikalitas oleh validator
Selain menggunakan data-data percobaan maka alat ini juga dilihat dari segi keberfungsian, ukuran, perawatan, kemudahan, keamanan, keterandalan, visibilitas internal, ekonomis, edukatif, sosiologis, dan waktu. Masing masing item diberi skor maksimal 5. sehingga skor maksimal yang dapat diperoleh dengan validasi dari 5 orang validator adalah 275. dengan kategori penilaian
Tabel 1. skala penilaian praktikalitas
No Keterangan Jumlah skor
1 Validitas sangat tinggi 221-275
2 Validitas tinggi 166-220
3 Validitas sedang 111-165
4 Validitas rendah 56-110
5 Validitas Sangat rendah 0-55




3. Pengujian efektifitas alat.
Efektifitas alat gerak melingkar ditentukan berdasarkan alokasi waktu yang dihabiskan dalam proses pembelajaran dan hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa dilihat dari segi:
a. Unjuk kerja
Untuk menilai unjuk kerja siswa, maka selama proses pembelajaran dilakukan pengamatan dan penilaian terhadap kegiatan pemakaaian alat gerak melingkar oleh siswa. Hal-hal yang diamati pada kegiatan siswa saat melaksanakan percobaan adalah mempersiapkan alat dan bahan, pelaksanaan, dan kemampuan membaca data percobaan dan pengolahan data hasil pengukuran untuk mengambil kesimpulan. Masing-masing item pengamatan diberi skor maksimal 4 sehingga skor total yang dapat diperoleh dalam penilaian unjuk kerja siswa adalah 12, dengan keterangan:
* Mempersiapkan alat dan bahan
Tabel 2. Kriteria pemberian skor mempersiapkan alat dan bahan
No Keterangan Skor
1 Jika menggunakan komponen alat gerak melingkar, stopwwatch, tang, mistar 4
2 Jika menggunakan komponen alat gerak melingkar, stopwatch, mistar, 3
3 Jika menggunakan komponen alat gerak melingkar, stopwatch 2
4 Jika menggunakan komponen alat gerak melingkar 1

* Melaksanakan
Tabel 3. Kriteria pemberian skor melaksanakan
No Keterangan Skor
1 Jika merangkai alat dengan benar, menggunakan alat ukur dengan benar, membaca data percobaan dengan benar 4
2 Jika merangkai alat dengan benar, menggunakan alat ukur dengan benar, salah membaca data percobaan 3
3 Jika merangkai alat dengan benar, salah menggunakan alat ukur, membaca data percobaan dengan benar 2
4 Jika merangkai alat dengan benar, salah menggunakan alat ukur, salah membaca data percobaan 1
* Menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan
Tabel 4. Kriteria pemberian skor menggunakan hasil pengukuran ntuk menarik kesimpulan
No Keterangan Skor
1 Jika menggunakan tabel, membuat grafik, menyimpulkan dari bentuk grafik 4
2 Jika menggunakan tabel, tidak membuat grafik, menyimpulkan dari data di dalam tabel 3
3 Jika jika tidak menggunakan tabel, membuat grafik, menyimpulkan dari bentuk grafik 2
4 Jika tidak menggunakan tabel, tidak membuat grafik, menyimpulkan 1

Dari skor yang telah diperoleh kemudian dilakukan penilaian dengan melakukan konversi:
Konversi nilai= ¬Skor total yang diperoleh siswa x 100
Skor maksimum

b. Penilaian sikap
Penilaian sikap siswa dalam belajar dalam penelitian ini dilakukan dengan melihat tanggapan siswa terhadap pembelajaran. Aspek yang dilihat adalah alat, LKS, buku siswa, kegiatan pembelajaran, cara mengajar guru

c. Penguasaan konsep
Instrumen penguasaan konsep berupa tes hasil belajar siswa. Dari tes ini akan diperoleh informasi tentang sejauh mana ketuntasan belajar peserta didik, sesuai dengan indikator yang telah dirumuskan pada materi gerak melingkar. Tes yang digunakan meliputi tes awal dan tes akhir. Tes awal dilakukan sebelum uji coba dan tes akhir dilakukan setelah uji coba penggunaan alat gerak melingkar untuk melihat pengaruh penggunaan alat terhadap penguasaan konsep siswa. Sebelum diujikan ke subjek penelitian maka terlebih dahulu diujikan untuk divalidasi.
Soal tes yang diberikan dianalisa perbutir soalnya untuk menentukan tingkat kesukaran soal.
x 100%
P = Proportion = Index kesukaran
B = Banyaknya testee yang dapat menjawab benar terhadap butir item yang bersangkutan.
Js= Jumlah testee yang mengikuti tes hasil belajar.
Menurut Robert L Thorndike dan Elizabeth Hagen dalam bukunya berjudul measurement and evaluation in psychology and education mengemukakan (Anas sudijono,1998: 372) :
Tabel 5. Interpretasi tingkat kesukaran soal.
No Besarnya P Interpretasi
1 Kurang dari 0,30 Terlalu sukar
2 0,30-0,70 Cukup (sedang)
3 Lebih dari 0,7 Terlalu mudah
Soal tes juga dilihat daya beda dan keefektifannya.

F. Teknik Pengumpulan Data
Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan :
1. Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang peserta didik. Data-data yang diperoleh berupa :
a. Nama-nama peserta didik
b. Nilai-nilai peserta didik
c. Respon siswa
2. Observasi
Observasi yang dilakukan bertujuan untuk mengumpulkan data penelitian berupa lembaran pengamatan terhadap kinerja siswa mengolah data hasil demonstrasi untuk menyelesaikan pertanyaan-pertanyaan yang ada di LKS
3. Tes hasil belajar siswa
Tes hasil belajar dilakukan 2 kali yaitu pretest dan postest dengan tujuan untuk melihat perkembangan pemahaman konsep siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan lat gerak melingkar dilaksanakan.
G. Teknik analisis Data
Data-data yang diperoleh kemudian akan dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif yaitu mendeskripsikan validitas empiris dan praktikalitas dan efektifitas alat gerak melingkar
Efektifitas alat gerak melingkar dari segi hasil belajar siswa dilihat berdasarkan perbedaan daya serap peserta didik antara sebelum dan sesudah pembelajaran.
Hasil belajar peserta didik dilakukan penskoran dengan menggunakan rumus
S=R (Annas, 1998: 303)
Keterangan: S= Skor yang sedang dicari
R= Jumlah jawaban benar.
Skor yang telah diperoleh kemudian di konverter menjadi nilai dengan rumus
Nilai = (Annas, 1998: 318)
Dari nilai yang diperoleh kemudian ditentukan daya serap hasil belajar peserta didik untuk masing-masing ranah kognitif, sebagai acuan untuk melihat tingkat daya serap siswa terhadap proses pembelajaran:
Tabel 6. Tingkat daya serap siswa.
No Daya serap (%) Kategori
1 90-100 Amat baik
2 80-90 Baik
3 70-80 Cukup baik
4 < 70 Kurang baik

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan penilaian acuan patokan (PAP), untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator yang telah ditetapkan. Skor yang dicapai peserta didik ditafsirkan dengan cara membandingkan antara skor yang diperoleh setiap peserta didik dengan skor maksimal yang mungkin dicapai peserta didik untuk seluruh indikator. Dengan demikian penafsiran dari hasil tes tersebut mencerminkan tingkat penguasaan konsep peserta didik
Alat yang telah dibuat kemudian juga diuji tingkat keefektifannya dengan melihat berdasarkan waktu, apakah waktu yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan alat gerak melingkar ini lebih singkat jika dibandingkan dengan yang biasanya dilakukan.

bab II

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Hakekat pembelajaran sains fisika di SMA
Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi dan konsep hidup harmonis dengan alam. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dipicu oleh temuan di bidang fisika material melalui penemuan piranti mikroelektronika yang mampu memuat banyak informasi dengan ukuran sangat kecil. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam, fisika juga memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam, pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan serta pengurangan dampak bencana alam tidak akan berjalan secara optimal tanpa pemahaman yang baik tentang fisika.
Pada tingkat SMA/ MA, fisika dipandang penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada peserta didik, mata pelajaran fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang berguna untuk memecahkan masalah di dalam kehidupan sehari-hari. Kedua, mata pelajaran fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Pembelajaran Fisika dilaksanakan secara inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup.
Pembelajaran sain fisika SMA dikelompokkan dalam :
a. Pemahaman konsep dan penerapannya
b. Kinerja ilmiah.
Materi Pembelajaran fisika di SMA lebih mendalam dan telah disertai dengan perhitungan kuantitatif sehinggga membuat siswa kerepotan ditambah lagi setiap perubahan keadaan benda akan memerlukan analisa yang berbeda



2. Fungsi dan Tujuan Pembelajaran Sains Fisika di SMA
Mata pelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.
a. Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
b. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain
c. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis
d. Mengembangkan kemampuan bernalar dalam berpikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaian masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif
e. Menguasai konsep dan prinsip fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (pengembangan kurikulum)
Dengan mempelajari pembelajaran sain fisika disekolah diharapkan agar siswa dapat menerangkan kondisi-kondisi yang terjadi disekitarnya sesuai dengan konsep yang ada, sehingga akan menimbulkan adanya suatu penemuan baru.

3. Teori Belajar yang Melandasi Pembelajaran Sains Fisika
Fisika adalah suatu kejadian nyata yang dijelaskan sesuai dengan konsep yang ada, maka perlu adanya suatu alat replika yang sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga penerapannya akan lebih nyata. Untuk itu maka sebagian besar kegiatan pembelajaran fisika haruslah dilakukan dengan metode eksperimen maupun demonstrasi dan tentunya para siswa akan dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok belajar.
Beberapa keuntungan dan kelemahan teknik belajar secara kelompok. (Fred percival dkk, 1988: 81-82)
Keuntungan teknik belajar secara kelompok:
a. Tujuan instruksional untuk aspek kognitif tingkat tinggi.
b. Keterampilan berfikir dengan penuh kreatif
c. Keterampilan komunikasi
d. Keterampilan antar personal. Ciri-ciri sikap yang diharapkan (seperti percaya diri, )
Kelemahan dari belajar kelompok adalah
a. Kesulitan dalam organisasi
b. Masalah sikap para anggota

Biasanya materi pembelajaran fisika disajikan menggunakan metode demonstrasi maupun eksperimen. Metode eksperimen adalah suatu cara penyajian materi pelajaran dimana siswa secara aktif mengalami dan membuktikan sendiri tentang apa yang sedang dipelajarinya.
Kelebihan metode eksperimen:
a. Melatih anak untuk mengembangkan metode ilmiah dan sikap ilmiah.
b. Melatih anak membaca data secara objektif
c. Melatih mengambil kesimpulan hasil percobaan
d. Menyadari keterbatasan science, alat ukur.
e. Mengerti tentang makna dari suatu teori.

Keterbatasan metode eksperimen:
a. Pelaksanaan metode eksperimen membutuhkan fasilitas peralatan dan bahan yang selalu tidak mudah untuk diperoleh.
b. Tidak semua hal yang dijadikan materi karena keterbatasan biaya, fasilitas, waktu, moral dan agama.
c. Setiap eksperimen tidak selalu memberikan hasil yang diharapkan. Karena banyak faktor yang berada di luar jangkauan untuk dikontrol.
Metode demonstrasi adalah metode yang memperlihatkan suatu kejadian atau proses kepada murid. Metode demonstrasi digunakan untuk:
a. Mengembangkan suatu pengertian.
b. Mengemukakan suatu masalah.
c. Memperlihatkan penggunaan alat.
d. Menguji kebenaran hukum yang diperoleh secara teoritis.
Metode demonstrasi digunakan dalam hal:
a. Alat-alat yang digunakan rumit bagi murid.
b. Alat-alat yang digunakan mudah rusak.
c. Alat ini tidak cukup jumlahnya.
d. Percobaan itu mengandung bahaya.
e. Memerlukan suatu rangkuman percobaan yang sukar untuk dipisahkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan guru sebelum mengadakan demonstrasi.
a. Demonstrasi harus dicoba dulu sebelum diberikan di depan kelas.
b. Tujuan demonstrasi hendaknya dijelaskan guru.
c. Demonstrasi dilakukan disuatu tempat yang mudah dilihat oleh semua murid.
d. Alat yang digunakan sederhana susunannya.
e. Demonstrasi dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang diterapkan.

4. Hakekat Laboratorium dalam Pembelajaran Sains Fisika
Laboratorium merupakan suatu wahana yang di dalamnya kita bekerja untuk membuktikan dan menemukan suatu alat baru yang membantu siswa memahami pelajaran. Pengertian laboratorium menurut widyarti (Zulhelmi, 2006: 31) adalah suatu ruangan tempat melakukan kegiatan praktek atau penelitian yang ditunjang oleh adanya seperangkat alat-alat laboratorium serta adanya infrastruktur laboratorium yang lengkap. Sedangkan Hadiat (1988:7) mengartikan laboratorium sebagai suatu tempat melakukan percobaan dan penyelidikan yang dapat merupakan ruangan tertutup, kamar, atau ruangan terbuka.
Hodson (1996) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis kegiatan laboratorium dapat meningkatkan perkembangan siswa melalui:
a) Proses belajar sains (learning science)
b) Belajar tentang sains (learning about science)
c) Belajar 'mengerjakan' sains (doing science).
Berdasarkan pandangan-pandangan tersebut maka pendekatan yang akan diambil dalam penelitian ini yaitu pendekatan inkuiri laboratorium. Dalam pendekatan inkuiri laboratorium, konsep-konsep yang dipraktikumkan dirancang sedemikian rupa sehingga relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa.
Ranah-ranah yang dikembangkan dalam laboratorium adalah:
1. Ranah kognitif.
a. Memperdalam teori yang berhubungan dengan tugas praktikum yang akan dilakukan.
b. Menggabungkan berbagai teori yang diperoleh.
c. Menerapkan teori yang pernah diperoleh pada problem yang nyata.
2. Ranah psikomotorik
Menggunakan hasil pengukuran untuk menarik kesimpulan secara tepat dan benar.
3. Ranah afektif
a. Merencanakan kegiatan mandiri
b. Bekerjasama dalam kelompok kerja
c. Disiplin dalam waktu dan prilaku
d. Sikap jujur dan terbuka
e. Menghargai ilmunya.

Menurut Wartono, 2004. sn 41- 10, Pengalaman konkrit yang diperoleh melalui kegiatan laboratorium sangat penting untuk siswa dalam proses belajar. Pelajaran akan lebih efektif jika siswa dapat merefleksikan pengalaman mereka sendiri dan mencoba menggunakan apa yang telah mereka pelajari. Siswa dapat juga mengembangkan keterampilan proses, keterampilan memecahkan masalah, serta merasakan fenomena alam melalui kegiatan laboratorium. Seperti yang dikatakan Supriyono (1987) bahwa tujuan kegiatan laboratorium dalam pembelajaran sains meliputi :
a. Membangkitkan dan memelihara daya tarik, sikap, kepuasaan, keterbukaan, dan rasa ingin tahu terhadap sains.
b. Mengembangkan berfikir kritis dan kemampuan memecahkan masalah.
c. Meningkatkan berfikir ilmiah dan metode ilmiah.
d. Mengembangkan pemahaman konsep dan kemampuan intelektual
e. Mengembangkan kemampuan praktikum.
Siswa memperoleh pengalaman nyata yang sangat berarti bila dalam belajar sains mereka dibawa ke laboratorium untuk melakukan kegiatan eksperimen.

5. Hasil Belajar dalam Pembelajaran Sains Fisika
Dalam hasil pembelajaran siswa di sekolah terlihat bahwa nilai mata pelajaran fisika cendrung jelek bahkan sangat tidak memuaskan karena tidak diajarkan dengan menyenangkan dan terlalu banyak berhadapan dengan rumus-rumus serta tidak melihat fungsinya dalam kehidupan sehari-hari secara langsung sehingga dengan begitu karena tidak mengalami sendiri prosesnya siswa cendrung lebih mudah untuk melupakan materi pembelajaran dan kurang menarik.
Hasil belajar tentunya menunjukkan kualitas siswa. Rendahnya kualitas pembelajaran fisika tentu akan berdampak pada cara pandang manusia dan kemajuan bangsa. Dalam kehidupan modern ini hampir semua teknologi merupakan penerapan dari proses sains. Dengan kemampuan fisika yeng rendah tentunya kita hanya akan menjadi masyarakat konsumtif saja. Sebaliknya jika memahami pembelajaran sains seperti fisika kita dapat menciptakan suatu penemuan baru yang akan berguna dalam membantu pekerjaan kita, memahami gejala-gejala alam yang ada dan meramalkan suatu kondisi yang mungkin terjadi.

6. Alat bantu belajar.
Alat bantu belajar termasuk unsur dinamis dalam belajar. Kedudukannya juga penting. Oleh karena dapat membantu terhadap belajar siswa. Dengan sebuah alat bantu, bahan belajar yang abstrak bisa dikonkritkan. Dengan alat bantu, bahan-bahan belajar yang meragukan dapat meyakinkan karena dapat dibuktikan secara empirik. (Ali imron, 1996: 35)
Peragaan merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif. Para siswa akan lebih tertarik jika diberikan peragaan yang mampu menggambarkan aktivitas yang sebenarnya. Ada pepatah yang mengatakan (Zainal Aqib dan Elham rohmanto, 2007.50):
a. Saya dengar, saya lupa.
b. Saya lihat, saya tahu
c. Saya kerjakan, saya mengerti.
Alat bantu belajar lazim disebut juga dengan media belajar dan atau piranti belajar. Meskipun tidak semua media belajar dapat berfungsi sebagai alat bantu. Banyak bahan-bahan belajar yang sulit dipelajari oleh pembelajar berubah menjadi mudah setelah adanya alat bantu belajar.
Alat bantu belajar adakalanya dibeli ditoko-toko buku atau stasionary. Tetapi ada kalanya dibuat sendiri oleh pembelajar bersama-sama dengan gurunya. Pada kasus yang pertama pembelajar mendapatkan secara given, sedangkan pada kasus yang kedua pembelajar turut merancang dan bahkan bisa menyampaikan pikirannya di depan gurunya.
Keurgenan alat bantu tersebut bisa dicontohkan sebagai berikut: seorang yang ingin mengetahui suhu badan temannya yang sedang sehat, akan kesulitan manakala yang bersangkutan hanya memegang tangannya atau menyentuh kulitnya. Ia juga tidak banyak bisa menyimpulkan perbandingan suhu badan temannya yang sedang sakit dengan yang sedang sehat. Dengan bantuan alat bantu yang berupa termometer, ia langsung bisa mengetahui berapa derajat celcius suhu badan orang yang sedang sehat.
Sebagai contoh lagi, seseorang yang ingin membuktikan bahwa air senantiasa mempunyai permukaan yang merata, ia akan tidak begitu yakin, jika sekedar melihat air di sungai atau kolam. Dengan pembuktian melalui bejana berhubungan. Ia dapat membuktikan sendiri bahwa air tersebut mempunyai permukaan yang rata. Bejana berhubungan tersebut dapat diperoleh ditoko-toko yang menjualnya. Tapi manakala sekolah tidak mampu menyediakan, maka dapat diganti dengan bambu yang langsung diberi lobang dan kemudian pada lobang tersebut diberi semprong. Dengan perkataan lain, alat-alat bantu tersebut dapat dipenuhi sepanjang guru yang mengajar siswa kreatif untuk menciptakan sendiri.

Hal-hal yang menjadi patokan dalam menyediakan alat bantu adalah:
a. Jenis kemampuan apa yang ditargetkan untuk dikuasai pembelajar dalam melaksanakan aktivitas belajarnya. Jenis kemampuan konseptual tentu membutuhkan alat bantu yang berbeda dengan jenis kemampuan praktis.
b. Faktor ketersediaan alat bantu tersebut.
c. Faktor keterjangkauannya.
d. Kepraktisan dan daya tahan alat bantu.
e. Keefektifan dan keefesienan alat bantu dibandingkan dengan tujuan belajar yang ingin dicapai.
Alat bantu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat peraga sederhana. Secara umum, alat peraga sederhana di desain sebagai benda atau peralatan yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran.
RECSAN (Regional Education Centre Science and Mathematic) mengelompokkan alat peraga sebagai berikut:
a. Alat peraktik, suatu alat atau set alat yang digunakan secara langsung untuk suatu konsep, contohnya thermometer untuk menanamkan konsep suhu.
b. Alat peraga, adalah alat yang digunakan untuk membantu memudahkan, memahami suatu konsep secara tidak langsung seperti charta, model, poster.
c. Alat pendukung, alat yang sifatnya mendukung jalannya percobaan/ eksperimen. Contohnya pembakar spritus, papan tulis, infocus, dsb.
Namun batasan penggolongan alat-alat ipa menjadi beberapa kolompok tidaklah bersifat mutlak karena batas antara kelompok dengan kelompok lainnya tidak jelas, tergantung pada cara dan tujuan penggunaannya.
Fungsi dan manfaat alat peraga IPA sederhana:
1. Fungsi alat peraga IPA: (Alat peraga IPA: 5-12)
a. Sebagai pengganti atau tiruan benda sebenarnya
b. Membantu guru dalam proses belajar mengajar
c. Memberi motivasi kepada siswa untuk belajar dan kreatif
2. Manfaat alat peraga sederhana:
a. Siswa lebih mudah memahami konsep yang dipelajari dengan bantuan alat peraga.
b. Siswa dapat memanfaaatkan/ menerapkan pengetahuan dan keterampilan dengan teknologi.
c. Kemampuan siswa bertambah dan lebih aktif belajar
d. Daya kualitas siswa bertambah
e. Hubungan antara guru dan siswa lebih erat
f. Biaya pengadaan alat relatif lebih murah dan waktu pengadaan dapat diatur sesuai kebutuhan.
g. Jumlah alat disekolah bertambah.
Kriteria pembuatan dan pengembangan alat peraga:
a. Bahan mudah diperoleh
b. Mudah dalam perencanaan dan pembuatannya
c. Mudah dalam perakitannya
d. Mudah dioperasikan
e. Dapat memperjelas/ menunjukkan konsep dengan lebih baik
f. Dapat meningkatkan motivasi siswa
g. Akurasi cukup dapat diandalkan
h. Tidak berbahaya ketika digunakan
i. Menarik dan mempunyai nilai estetika
j. Daya tahan alat cukup baik
k. Inovatif dan kreatif
l. Bernilai pendidikan
Langkah-langkah pembuatan alat peraga sederhana:
a. Mempelajari kurikulum, terutama yang berkaitan dengan SK, KD, indikator, dan materi pokok pembelajaran.
b. Menentukan alat apa yang akan dibuat atau dikembangkan atau menentukan hal/ bagian-bagian yang akan dibuat/ dikembangkan
c. Menyiapkan desain perancangan alat IPA/ fisika
d. Menyiapkan alat, bahan dan perkakas yang diperlukan serta masing-masing alternatifnya
e. Membuat alat sesuai desain
f. Menguji cobakan alat yang telah selesai dibuat
h. Menyempurnakan alat/ bagian komponen alat jika masih ada kekurangan
i. Melakukan evaluasi alat yang telah dibuat, apakah alat peraga yang telah dibuat layak dipergunakan dalam pembelajaran?

Untuk mengevaluasi keberhasilan produk hasil pembuatan atau pengembangan alat peraga IPA sederhana yang merupakan inspirasi/ kreativitas guru dan/ atau siswa dapat menggunakan minimal 5 aspek utama agar memperoleh alat peraga sederhana yang dianggap memiliki tampilan yang memadai.
a. Akurasi hasil pengukuran
b. Bernilai pendidikan bagi siswa (artinya dengan mengkaji suatu fenomena menggunakan alat peraga itu, siswa dimungkinkan secara berulang-ulang memperlambat, mempercepat, terbuka memperlihatkan fenomena itu)
c. Tidak mengandung faktor resiko
d. Life-time ( tahan pakai dalam jangka waktu yang lama)
e. Bernilai estetika tinggi (bernilai seni)

7. Hasil analisis kebutuhan
a. Kurikulum
Berdasarkan kurikulum KTSP diketahui bahwa standar kompetensi lulusan SMA mata pelajaran fisika adalah (Panduan lengkap KTSP.2007:106):
1. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis, menentukan variable, merancang dan merakit instrument, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik kesimpulan serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.
2. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti dan objektif.
3. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik, kekekalan energi, impuls dan momentum
4. Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor, sifat gas ideal, fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika serta penerapannya dalam mesin kalor.
5. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian masalah dan produk teknologi.
6. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan produk teknologi.
Dari ketentuan kurikulum tercatat siswa SMA diarahkan untuk memiliki kemampuan dalam melakukan percobaan dalam proses pembelajaran dengan tata cara pengukuran yang benar serta mengolah, menafsirkan dan menarik kesimpulan dari data yang diperoleh dan kemudian mengkomunikasikannya secara lisan maupun tulisan. Untuk itu dalam pembelajaran gerak melingkar beraturan ini dikembangkan sebuah alat pembelajaran yang diharapkan dapat mendukung tercapainya lulusan yang memenuhi standar kompetensi yang diharapkan dan proses pembelajaran yang dilaksanakan juga menghendaki adanya pengkomunikasian hasil percobaan siswa baik secara lisan yaitu dengan adanya kelompok siswa yang menyajikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas dan ditanggapi oleh kelompok-kelompok yang lain dan penyajian hasil percobaan secara tulisan yaitu dengan menyelesaikan LKS.

b. Bahan ajar
Bahan ajar atau materi pembelajaran secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan.
Langkah-langkah pemilihan bahan ajar:
1. Mengidentifikasi aspek-aspek yang terdapat dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar.
2. Mengidentifikasi jenis-jenis materi pembelajaran
3. Memilih jenis materi yang sesuai dengan standar kompeteni dan kompetensi dasar.
4. Membuat bahan ajar
Pembelajaran gerak melingkar yang dipelajari di kelas x merupakan pembelajaran dasar yang nantinya akan dilanjutkan di kelas XI pada materi kinematika vector dan dinamika rotasi. Untuk itu jika seorang siswa kurang memahami konsep gerak melingkar maka akan timbul kesulitan dalam mempelajari pembelajaran lanjutan tersebut. Dan pastinya jika ini dialami oleh banyak siswa, maka guru akan kewalahan bahkan sering kali guru mesti sedikit mengulang kembali pembelajaran gerak melingkar.

c. Siswa
Dari wawancara yang dilakukan terhadap beberapa siswa terdapat gambaran bahwa kesulitan siswa memahami materi gerak melingkar terdapat pada kekurang mampuan siswa mengkonkritkan kondisi abstrak pembelajaran. Terutama dalam pemahaman vector kecepatan linear, vector kecepatan sudut, ciri dari GMB, mengapa timbul gerak dalam bentuk lintasan melingkar? dan sebagainya.

B. Kerangka Pemikiran

Pemahaman konsep siswa terhadap materi pembelajaran gerak khususnya gerak melingkar rendah, hal ini menyebabkan nilai hasil belajar siswa berada dibawah skbm yang disyaratkan yakni dibawah 70. Setelah dilakukan analisis dan wawancara terhadap siswa diperoleh bahwa mereka kurang mampu menguasai konsep yang ada karena tidak dapat mengkonkritkn materi pembelajaran dalam fikiran mereka. Untuk mengatasi masalah tersebut maka dibutuhkanadanya alat bantu belajar gerak melingkar dalam proses pembelajaran yang dapat membantu siswa memahami konsep yang ada. Berdasarkan analisis kurikulum yang telah dilaksanakan juga disyaratkan agar siswa dapat melakukan kegiatan praktikum, menganalisis data hasil praktikum dan menyimpulkannya serta mengkomunikasikan secara lisan maupun tulisan, maka di buatlah disain alat pembelajaran yang teruji validitas dan praktikalitasnya. Untuk menguji keefektifan alat tersebut dilakukan ujicoba dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa.







































Gambar 1 Skema kerangka pemikiran
Penelitian yang relevan
1. Herlius (2006): Menyimpulkan bahwa hasil pembelajaran siswa cendrung meningkat dengan adanya alat pembelajaran
2. Defni satria ( 2007, 51) menjelaskan bahwa ” terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan mengguakan kit baik pada siswa yang memiliki motivasi tinggi maupun rendah. Dan yang lebih tinggi peningkatannya justru pada siswa yang bermotivasi rendah. Dari penelitian ini dapat kita lihat, bahwa dengan adanya KIT yaitu suatu alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran akan berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa. Karena dengan melakukan percobaan siswa akan memperoleh sendiri pengetahuan.

bab I

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kepribadian dan kemampuan dalam menuju kedewasaan. Dalam proses pendidikan selalu diberikan arahan dan bimbingan dari orang dewasa kepada anak yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang matang.
Permasalahan pendidikan di negara ini adalah kualitas pendidikan yang tertinggal dari negara-negara tetangga. Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Hasil survey dari tahun 2007 Worl Competitiveness Year Book memaparkan daya saing pendidikan dari 55 negara yang disurvei, Indonesia berada pada urutan 53.(http://www.padang ekspress.co.id/content/ view/4784/80)
Kualitas pendidikan tinggi Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga kita. Jika dilihat dari survei Times Higher Education Supplement (THES) 2006, perguruan tinggi Indonesia baru bisa menjebol deretan 250 yang diwakili oleh Universitas Indonesia, kualitas ini berada di bawah prestasi Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM) yang menempati urutan 185. Kumudian pada tahun 2007 menurut survei THES perguruan tinggi di Indonesia masih belum dapat menyaingi pergurun tinggi seperti di Singapura, Thailand dan seterusnya. (http://www.padang ekspress.co.id/ content/view/4784/80).
THES menggunakan 4 kriteria utama dalam menentukan skor rangking universitas di dunia, yaitu:
a. Kealitas penelitian (research quality) dengan bobot penilaian 60 %
b. Kesiapan kerja lulusan (grauate employability) dengan bobot 10 %
c. Pandangan internasional (international outlook) dengan bobot penilaian 10 %
d. Kualitan pengajaran (teaching quality) dengan bobot penilaian 20 % (http://romisatriawahono .net/2007/09/21/teknik-perangkingan-universitas-thes-qs/ )

Implikasi kualitas pendidikan rendah ini terhadap sumber daya manusia sangat jelas sekali. Kemampuan sumber daya manusia Indonesia jauh tertinggal, hal ini dapat dilihat dari hasil riset Ciputra yang menyatakan bahwa Indonesia hanya baru mempunyai 0,18% pengusaha dari jumlah penduduk sedangkan syarat untuk menjadi negara maju minimal 2% dari jumlah penduduk harus ada pengusaha. Saat sekarang singapura sudah mempunyai 7% dan Amerika Serikat 5% dari jumlah penduduk. (http://www.padang ekspress.co.id/content/view/4784/80)
Dampak yang lain dari rendahnya kualitas pendidikan dapat dilihat dari Human Development Index (HDI) Indonesia. Menurut laporan United Nation Development Programe/ UNDP HDI pada tahun 2007 dari 177 negara yang dipulikasikan HDI Indonesia berada pada urutan ke-107. Indonesia memperoleh indeks 0,728. Di kawasan ASEAN Indonesia menempati urutan ke-7 dari sembilan negara ASEAN yang dipublikasikan. Peringkat teratas di ASEAN adalah Singapura dengan HDI 0,922, disusul Brunei Darussalam 0,894, Malaysia 0,811, Thailand 0,781, Filipina 0,771, dan Vietnam 0,733. Sedangkan Kamboja 0,598 dan Myanmar 0,583 berada di bawah HDI Indonesia.(http://www.padang ekspress.co.id/content/view/4784/80)
Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program(DP).(http:www.sman2mks.com/index.php?option=com_content&task=view&id=698&Itemid=86)
Makna dari data-data tersebut adalah rendahnya kualitas pendidikan Indonesia. Jelas bahwa ada masalah dalam pendidikan Indonesia. Salah satunya ada pada mata pelajaran fisika. Diketahui, bahwa faktor-faktor pendidikan yang mempengaruhi proses belajar mengajar, yaitu : faktor tujuan, faktor pendidik, faktor peserta didik, faktor isi atau materi, faktor metode pendidikan dan faktor situasi lingkungan. Guru berpengaruh besar terhadap faktor-faktor pendidikan ini. Karena gurulah yang akan merencanakan dan melaksanakan program pengajaran. Apalagi fisika adalah suatu pembelajaran yang tidak mudah untuk dipahami jika hanya mengutamakan pemahaman sendiri oleh peserta didik. Keterbatasan faktor-faktor inilah yang selalu menjadi kendala umum bagi pembelajaran fisika di sekolah-sekolah disamping kendala-kendala lainnya. SMAN Plus yang pada dasarnya merupakan sekolah yang diisi oleh para siswa pilihan dari propinsi Riau ini juga mempunyai beberapa kendala karena tidak semua siswa suka mata pelajaran fisika. Untuk itu perlu adanya suatu rangsangan yang kuat yang dapat berdampak baik pada perbaikan hasil belajar yang diperoleh siswa, seperti menggunakan model pembelajaran yang bervariasi dengan peralatan praktikum yang memadai, karena fisika perlu untuk di buktikan melalui praktikum karena menjelaskan kondisi-kondisi nyata dalam kehidupan.
Pembelajaran fisika khususnya pada pokok bahasan gerak melingkar merupakan sesuatu yang selalu memberikan kegiatan berfikir ekstra bagi siswa. Kekurang mampuan siswa dalam memahami konsep gerak, salah satunya gerak melingkar diantaranya disebabkan karena kurang terdapatnya alat bantu pembelajaran yang dapat mengaktualkan konsep tersebut. Sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk memahami konsep gerak melingkar yang nantinya menyebabkan siswa juga kesulitan memahami konsep dinamika rotasi. Kekurangmampuan siswa memahami konsep pelajaran akan berdampak pada hasil belajar para siswa yang cenderung rendah dan ini juga sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa siswa.
Pembelajaran gerak melingkar merupakan pembelajaran yang menerangkan tentang kondisi-kondisi yang dialami oleh sebuah benda yang memiliki lintasan yang melingkar baik yang sedang bergerak dengan kecepatan yang konstan maupun yang bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah. Gerak melingkar sebuah benda dalam kehidupan sehari-hari dapat kita jumpai pada gerak roda kendaraan, mesin girinda, katrol, berbagai bentuk permainan dan banyak lagi lainnya yang menggunakan prinsip gerak melingkar. Begitu banyaknya prinsip-prinsip gerak melingkar yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, sementara penguasaan konsep siswa terhadap materi tersebut cenderung kurang, hal ini merupakan suatu masalah yang harus dipecahkan. Maka, diperlukan adanya suatu alat bantu belajar gerak melingkar yang dapat membantu mereka dalam memahami konsep-konsep yang ada. Agar alat yang dihasilkan dapat digunakan dalam proses pembelajaran maka alat yang didisain perlu diteliti.


B. Identifikasi Masalah
Kesulitan siswa untuk memahami konsep gerak melingkar selalu menjadi permasalahan dalam pelajaran. Sementara itu konsep gerak melingkar merupakan dasar dari pembelajaran dinamika rotasi yang tentunya nanti akan memberikan dampak yang kurang baik terhadap pencapaian hasil belajar siswa. Kesulitan siswa dalam memahami konsep gerak melingkar mungkin dikarenakan siswa tidak dapat menyatakan konsep gerak tersebut dalam fikiran mereka sehingga diperlukan adanya alat yang dapat mengaktualisasikan konsep tersebut.

C. Pembatasan Masalah
Penelitian disain alat gerak melingkar dibatasi pada uji validitas, praktikalitas, dan efektivitas dalam pembelajaran. Uji validitas terbatas pada ketelitian, keakuratan, keberulangan data, dan akurasi alat gerak melingkar terhadap teori. Uji praktikalitas terbatas pada keberfungsian, ukuran, perawatan, kemudahan, keamanan, keterandalan, visibilitas internal, ekonomis, edukatif, sosiologis, dan waktu. Dan uji efektifitas alat gerak melingkar terbatas pada lamanya waktu pembelajaran gerak melingkar beraturan dan hasil belajar siswa.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka masalah yang akan diteliti adalah:
1. Bagaimana validitas dan praktikalitas alat bantu belajar gerak melingkar beraturan
2. Bagaimana efektifitas alat bantu belajar gerak melingkar beraturan dalam proses pembelajaran fisika?”

E. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk dapat mengembangkan alat pembelajaran gerak melingkar yang valid, praktis dan efektif dalam pembelajaran gerak melingkar beraturan.




F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. Bagi peneliti, mengembangkan kemampuan peneliti untuk mendapatkan alat pembelajaran yang bisa dijadikan sebagai suatu alat pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran gerak melingkar.
2. Bagi sekolah, dengan kemampuan siswa yang semakin meningkat tentu akan berdampak pada mutu sekolah.
3. Bagi siswa, dengan adanya alat pembelajaran diharapkan siswa lebih aktif dan lebih mudah dalam memahami konsep gerak melingkar dan hasil pembelajaran akan semakin meningkat, juga dapat memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran berikutnya yang berhubungan dengan gerak melingkar seperti dinamika rotasi.
4. Merupakan literatur yang dapat dijadikan panduan bagi penelitian selanjutnya.

G. Spesifikasi Produk
Produk yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah alat gerak melingkar beraturan yang bahan dasarnya terbuat dari kayu triplek tebal 1 cm, sebagai motor digunakan motor kipas angin yang dilengkapi dengan kapasior 1,2 F sehingga dapat membuat kecepatan putar menjadi rendah. Agar dapat menguji untuk beberapa tingkatan kecepatan diberikan tombol pengatur kecepatan yaitu dengan tingkat kecepatan rendah, sedang dan tinggi. Karena digunakan untuk kegatan demonstrasi, alat ini dibuat dalam ukuran besar 40 cm x 80 cm sebagai dinding tempat melekatnya roda dan 40 cm x 80 cm sebagai dasar tempat melekatnya motor dan pengatur kecepatan. Roda-roda yang digunakan dibuat berfariasi dengan ukuran diameter 25 cm dan 30 cm. Sedangkan untuk mengidentifikasi hubungan roda-roda, digunakan roda sepeda/ mainan anak-anak, cd dengan ukuran diameter 17 cm dan 12 cm. Untuk mengukur sudut tempuh roda, terdapat karton yang diberi skala pengukuran sudut dari 00-3600 dan untuk mengukur jarak tempuh digunakan meteran jahitan sedangkan untuk menjelaskan arah kecepatan, dan percepatan digunakan anak panah yang terbuat dari kertas tebal yang bisa di bongkar pasang karena di lengketkan oleh valclo. Alat gerak melingkar ini dapat digunakan dalam pembelajaran gerak melingkar beraturan dalam menjelaskan besaran-besaran yang ada pada gerak melingkar, menjelaskan arah kecepatan hingga dibuktikanlah percepatan sentripetal yang menyebabkan terjadinya gerak melingkar, juga menjelaskan ciri-ciri benda yang sedang bergerak melingkar beraturan, dan hubungan roda-roda, karena alat gerak melingkar ini dapat mengukur sudut tempuh yang dihasilkan oleh benda yang sedang bergerak melingkar (roda-roda) pada waktu tertentu, dari pengukuran sudut pada waktu tertentu dan jari-jari roda maka dapat ditentukan jarak tempuh benda, kecepatan sudut, kecepatan linier benda yang sedang bergerak melingkar.

kajian vaditas dan praktikalitas alat gerak melingkar beraturan serta efektifitas alat gerak melingkar beraturan dalam pembelajaran

ABSTRAK


Kesulitan siswa dalam memahami konsep gerak meingkar selalu menjadi pemasalahan dalam pembelajaran karena merupakan dasar dari pembelajaran selanjutnya. Kesulitan ini dikarenakan siswa tidak dapat menggambarkan konsep gerak meligkar tersebut secara nyata dalam fikiran mereka. Karna itu diperlukan adanya alat bantu belajar yang valid dan praktis sehingga dapat mengaktualisasikan konsep gerak melingkar tersebut secara efektif dalam pembelajaran. Kevalidtan alat gerak melingkar ini dilihat dari akurasi, presisi, keberulangan data, akurasi antara data hasil percobaan dengan teori yang ada. Kepraktisan alat ini dinilai oleh validator yang terbatas pada keberfungsian, ukuran, perawatan, kemudahan, keamanan, keterandalan, visibilitas internal, ekonomis, edukatif, sosiologis, dan waktu. Dan keefektifan alat belajar gerak melingkar beraturan ini ditinjau dari segi waktu yang dipakai dalam proses pembelajaran dan hasil belajar yang diperoleh siswa.
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian pengembangan alat pembelajaran gerak melingkar khusus pada gerak melingkar beraturan. Langkah-langkah penelitian yang telah dilakukan adalah menemukan potensi masalah, pengumpulan data, disain produk, validasi disain, revisi disain, uji coba produk, revisi produk, ujicoba pemakaian, dan revisi produk.
Untuk melihat keterpakaian alat gerak melingkar ini dalam proses pembelajaran dilakukan uji coba di kelas X SMAN Plus Propinsi Riau.
Dari hasil penelitian terdapat bahwa alat gerak meligkar yang dikembangkan memiliki validitas yang sangat tinggi, praktis dan efektif jika digunakan dalam prores pembelajaran.